“Ini cerita tentang negeri di awan. Sebuah istana dengan dinding batu berdiri kokoh di antara gumpalan awan putih yang lembut. Pepohonan hijau dan bunga warna
warni mengelilingi istana tersebut. Di sekitarnya penuh dengan orang lalu lalang sembari tersenyum. Suasana begitu tenang dan ramah. Dengan kedamaian meliputi seluruh istana megah itu. Hanya ada kedamaian, tanpa ada perpecahan. Istana itu bernama istana kedamaian.”
“Papa, bolehkah aku menjadi ratu di istana kedamaian itu?”
“Oh, tentu saja. Mari kita sebut ratu Istana Kedamaian itu, ratu Klaudya.”
“Asiiik… aku jadi ratu.. Ratu Klaudya.. Ratu Klaudya..”
Klaudya membuka matanya tiba tiba. Mimpi itu lagi. Mimpi yang terus terulang sejak sebulan ini.
Sejak Klaudya menginjakkan kaki kembali di tanah airnya, Indonesia. Ya, sebulan ini Klaudya tinggal di Medan, kampung halamannya setelah 7 tahun merantau di Amsterdam. Kesibukan kuliah dan bekerja di negeri kincir angin tersebut membuatnya jarang menginjakkan kaki di medan. Namun kesibukannya disana pun membuahkan jodoh sepertinya, 2 bulan lagi Klaudya akan dipersunting oleh Edward Van Darin, seorang pria asal amsterdam yang telah 3 tahun menjalin hubungan dengannya. Klaudya menginginkan pernikahannya nanti dilangsungkan di medan dulu, baru kemudian Klaudya akan diboyong menetap di amsterdam. Untuk itulah Klaudya pulang ke Medan, mempersiapkan segalanya sekaligus mungkin berkumpul keluarga sebelum Klaudya benar-benar menempuh hidup barunya.
Keluarga? Apa Klaudya masih punya keluarga? Rumah tempat tinggal Klaudya di Medan adalah rumah Oma dan keluarga tante Novita. Sejak Oma tiada 2 tahun lalu, otomatis rumah ini menjadi milik Tante Novita, begitu juga kewalian Klaudya. Tante Novita dan suaminya lah yang bertanggung jawab. Tante Novita dan suaminya sangat menyayangi Klaudya seperti anak sendiri. Klaudya bersyukur, hidupnya cukup membahagiakan. Walaupun masa lalunya bisa terbilang nggak seberuntung orang lain.
Klaudya kembali merenungi mimpinya beberapa malam ini. Istana kedamaian. Negeri di awan. Klaudya kemudian bangkit dari ranjang. Pandangannya kabur beberapa saat, klaudya teringat papa. Apa yang bisa Klaudya Ingat tentang papa? Klaudya bahkan masih terlalu kecil untuk mengingatnya. Umurnya masih tujuh tahun waktu itu. Seingatnya, waktu itu Klaudya baru akan masuk SD.
“Lihat apa yang papa bawa…”, David mengacungkan sebuah kotak besar berpita kepada seorang gadis kecil berambut sebahu kemerahan.
Gadis itu kemudian mengangkat tangannya. Mencari tau apa gerangan yang dibawa oleh David. David menyerahkan kotak besar berpita itu kepada Gadis Kecil itu. Dan langsung disambut dengan senyum dan cepat cepat membukanya. Sebuah sepatu mungil berwarna hitam dengan pita di sampingnya.
“Hadiah untuk princess Klau yang akan masuk SD”, Kata David ceria.
Gadis kecil berambut kemerahan itu merengut, “Klau suka tapi klau nggak suka warna hitam, papa..”. Gadis itu merajuk.
David kemudian merentangkan tangan dan membawa Gadis Kecil itu ke pangkuannya. Gadis itu menurut saja sambil terus merajuk. “Klau, kalau sekolah itu memang harus memakai sepatu hitam. Seperti itu peraturannya. Nanti kalau untuk main, biar papa belikan sepatu warna merah jambu kesukaan Klau. Asal Klau mau rajin sekolah biar dapat ranking satu..”. Kata David sambil mengelus rambut Gadis kecil itu yang kemerahan.
Gadis itu mendadak berbinar matanya, “benarkah papa? Sepatu princess warna merah jambu ya, pa.. Klau janji akan memakai sepatu hitam itu dan rajin belajar, pa.. Klau janji..” Gadis itu berkata riang. Papanya kemudian memeluknya dan mencium pipinya.
Sayangnya papa nggak pernah tau setelah itu Klaudya selalu menjadi rangking satu. Seperti yang diinginkan papanya. Sayangnya Papa David juga nggak pernah menepati janjinya untuk membelikan sepatu princess warna merah jambu. Sayang sekali.
Klaudya teringat papa. Papa David. David Arthesian Hutapea. Klaudya hafal nama itu sejak SD, dimana selalu guru bertanya tentang nama orangtua, Klaudya selalu menuliskan David Arthesian Hutapea di kolom ayah. Dan mengosongkan kolom nama ibu. Klaudya tidak mengenal siapa ibunya. Sayangnya, klaudya juga nggak dikasih kesempatan untuk mengenal Papa lebih jauh.
Klaudya kecil sering bertanya pada papa, oma, tante novita dan semua orang tentang siapa ibunya, tapi semua bungkam. Klaudya sebal sekali. Hanya papa David yang bisa menjawab lebih baik.
“Tenanglah, Klau. Suatu saat Klau pasti tau mama dimana. Hei, apakah ada papa saja nggak cukup untuk Klau sekarang?”. tentu saja kalau Papa sudah berkata seperti itu Klau akan terdiam. Karena bagi Klaudya kecil, ada papa aja udah sangat cukup. Klau sayang sekali dengan papa.
Barulah setelah Klaudya beranjak SMA, saat itu Papa David sudah meninggalkan Klau sendiri, tante Novita dan Oma menceritakan segalanya. Tentang papa David, dan tentang mama. Bahwa Papa David nggak pernah menikah dengan mama. Bahwa Klaudya adalah hasil hubungan pra nikah Papa David dan mama. Bahwa Papa David dulu nggak pernah mau mengakui Klau sebagai anak.
Kemudian mama membuang Klau dan menikah dengan pria lain. Sejak itulah Papa David mengambil Klaudya dan merawatnya. Sejak itulah Papa David sadar kalau Klaudya lah yang paling berharga dalam hidupnya. Tante Novita berkata, “Kesalahan papamu adalah tidak menikahi mamamu dan pernah tidak mengakuimu, Klau. Tapi percayalah, papamu sudah berubah. Papamu sangat mencintaimu, Klau. Sampai akhir hidupnya. Oh, percayalah tante tau sekali tentang David..” Kata tante Novita sambil berderai air mata. Ya Tante, Klaudya percaya. Klaudya tidak pernah meragukan cinta Papa.
Papa, Klau kangen sekali. Klaudya menggumam dalam hati. Masih di kamar itu, enggan beranjak dari ranjangnya. Diraihnya buku bersampul kulit coklat di sampingnya dan dibukanya lembar demi lembar. Diary Papa. Baru beberapa bulan ini ditemukan oleh tante Novita di tumpukan barang barang tak terpakai. Sebenarnya Klaudya telah membaca isinya seluruhnya, namun entah hari ini Klaudya ingin menghadirkan kembali Papa David di dunia Klau. Halaman pertama kosong. Hanya ada tulisan “David Arthesian” dengan huruf kapital. Halaman kedua adalah foto Papa David sendiri. Papa David sedang tersenyum memakai kemeja warna hitam polos. Papa memiliki mata sayu yang dibingkai dengan kacamata, dengan senyum ramah. Papa tampan sungguh. Papa mirip dengan Klau, terutama di bagian mata dan hidung. Kata tante Novita bibir dan rahang Klau mirip mama. Papa David dulu pemain piano. Bakat musik papa ini menurun pada Klaudya. Kemudian halaman ketiga adalah foto papa dengan Klau kecil. Begitu mirip, dengan rambut yang sama sama kemerahan. Begitu bahagia dengan tawa yang riang berdua. Sayang foto itu sedikit rusak terkena cairan di bagian bawahnya.
Juli, 1988
Tuhan, maafkanlah. Maafkan hamba telah menyia nyiakan anugerahMu. Lihatlah, gadis ini masih terlalu muda untuk mederita. Lihatlah, bagaimana mungkin saya bisa meragukan dia, Tuhan. Gadis kecil ini sungguh mirip dengan saya. Dengan rambut tipis kemerahan, matanya itu adalah mata Saya. Dia masih satu setengah tahun, Kesalahan saya adalah melakukan perbuatan yang seharusnya tidak saya lakukan sebelum waktunya tiba dam tidak mengakui perbuatan itu. Kesalahan terbesar dalam hidup saya, Tuhan… Ya Tuhan, Ijinkan saya menebus kesalahan masa lalu saya.
Biarlah saya beri nama Gadis Kecil Ini Klaudya. menghapus nama katrina yang diberikan ibunya. Klaudya Nathalie Hutapea. Klaudya (claudia) yang berati lembut, madiri dan tegas. Nathalie untuk kelahiran 25 desember-nya. Dan hutapea untuk nama keluarga kami.
David Arthesian Hutapea.
Klaudya pernah bertanya pada tante Novita, apa arti nama david. “David itu artinya yang terkasih, Klau. Begitu juga papamu. Papamu adalah yang terkasih untuk kami semua, untukmu, bahkan untuk Tuhan..”. Ya, papa memang layak menyandang nama itu.
Klaudya terus membolak balik buku yang dipegangnya. Halaman demi halaman. Kadang hanya dibaca sekilas, kadang dilewatinya. Semuanya tentang Klaudya. Selalu ada nama Klaudya pada setiap halamannya.
Desember 1990
“Ini cerita tentang negeri di awan. Sebuah istana dengan dinding batu berdiri kokoh di antara gumpalan awan putih yang lembut. Pepohonan hijau dan bunga warna warni mengelilingi istana tersebut. Di sekitarnya penuh dengan orang lalu lalang sembari tersenyum. Suasana begitu tenang dan ramah. Dengan kedamaian meliputi seluruh istana megah itu. Hanya ada kedamaian, tanpa ada perpecahan. Istana itu bernama istana kedamaian.”
“Papa, bolehkah aku menjadi ratu di istana kedamaian itu?”
“Oh, tentu saja. Mari kita sebut ratu Istana Kedamaian itu, ratu Klaudya.”
“Asiiik… aku jadi ratu.. Ratu Klaudya.. Ratu Klaudya..”
Gadis kecilku selalu antusias bila aku bercerita tentang negeri di awan. Mata bulatnya berbinar binar.
Pipinya gendut kemerahan dan rambutnya yang kemerahan bergoyang goyang. Sebenarnya negeri di awan bukanlah dongeng dari antah berantah. Itu adalah dongeng buatan David Arthesian, iseng mengambil dari lagunya katon bagaskara, “negeri di awan”. Dan Klaudya kecilku menyukai cerita sederhana itu. seperti malam ini, lihatlah malaikat kecilku tertidur pulas setelah kuceritakan tentang negeri di awan. Apalagi malam ini kami menobatkannya sebagai Ratu dari Istana Kedamaian.
Semoga Tuhan selalu menjagamu saat kau terlelap, Nak.
Oh my sleeping child, the world is so wild
But you build your own paradise
That’s one reason why, i cover you sleeping child
(sleeping child – MLTR)
David ArthesianHutapea.
Klaudya selalu ingat cerita itu. Cerita tentang negeri di awan yang selalu diceritakan oleh Papa David. Cerita itu adalah cerita favorit Klau selain cerita tentang hansel gretel yang membebaskan diri dari penyihir jahat. Dahulu Klau ingin sekali melihat bagaimana rupa istana di atas awan tersebut, Istana kedamaian.
“Papa, Klau ingin melihat istana Kedamaian. Gimana cara kita melihatnya? Apa kita harus naik pesawat, pa. Kata oma kalau naik peawat kita bisa melihat awan”
“Mungkin bisa juga, Klau. Tapi istana kedamaian itu adanya disini” David menunjuk dada Klau, “dan disini. Dalam imajinasi kita.” Kemudian dia menunjuk kepala Klau.
Klau mengangguk angguk sok pintar. Padahal nggak tau apa apa.
Dan belakangan semakin dewasa Klau tahu itu hanya cerita yang dibuat ayah dari sebuah lagu dan pada dasarnya istana kedamaian itu nggak benar benar ada. Namun klau masih tetap suka menatap awan awan dari balik jendela pesawat, dan berkhayal ada istana kedamaian di balik salah satu awan tersebut. Kemudian Klau mulai mendengarkan lagu berjudul negeri di awan yang dinyanyikan oleh Katon Bagaskara, lagu favorit Papa. Dan lagu favorit Klaudya sekarang. Bagi Klau, lagu itu sangat pas untuk mengenang papa.
Dibayang Wajahmu ku temukan kasih dan hidup
Yang lama lelah aku cari di masa lalu
Kau datang padaku, kau tawarkan hati yang lugu
Selalu mencoba mengerti hasrat dalam diri
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi Istananya
Dan kini tengah kau bawa aku menuju kesana
Ternyata Hatimu penuh dengan bahasa kasih
Yang terungkapkan dengan pasti
Dalam suka dan sedih
Lihat liriknya. Pas banget untuk papa. Dengan Papa Klau merasakan kasih sayang, Papa yang selalu mengerti Klau. Papa yang selalu menceritakan tentang negeri di awan, Papa yang penuh dengan bahasa kasih, selalu menemani Klau dalam suka dan sedih. Sayangnya itu nggak berlangsung lama. Klau masih kecil waktu itu. Baru masuk SD. Klau nggak mengerti apa yang terjadi. Klau sungguh tidak tau apa-apa.
Siang itu Klau baru pulang dari sekolah SD nya. Baru beberapa hari Klau masuk SD. Mbak Kinan dan oma menjemput Klau sepulang sekolah. Sampai rumah Klau melihat wajah tante Novita menegang. Berlari larian menuju oma dan mengatakan sesuatu entah apa. Entah kenapa saat itu juga Klau langsung menangis memberontak. Papa mana? Papa? Mbak kinan menggendong Klau yang menangis. Ada apa ini?
Tau tau Klau dan yang lainnya berada di sebuah rumah sakit. Siapa yang sakit? Papa? Papa sakit apa? Papa? Papa tadi pagi baik baik saja. Mengantar Klau ke sekolah. Klau benci tempat ini. Sepi. Suram. Bau obat. Klau menangis sejadinya. Minta pulang.
Seorang bapak tua berambut putih, berjubah putih menghampiri Oma dan tante Novita. Sepertinya dia dokter, Klau tau, di sekolah ada dokter kecil. Hanya saja dokter yang ini lebih besar badannya daripada di sekolah Klau. Klau bisa mendengar sedikit pembicaraannya. David… Kecelakaan… Gegar otak.. Meninggal… siapa? Papa? Kemudian Oma dan tante Novita menangis kencang. Suami tante dan saudara yang lain menenangkan. Mereka masuk ke sebuah ruangan. Meninggalkan Klau yang tengah digendong mbak kinan. Meninggalkan Klau yang menangis histeris. Klau tau sesuatu yang buruk tengah terjadi. Klau histeris, sejadinya. “Paapaaaa…” teriaknya disela tangisnya.
Klau ingat betul siang itu. Bahkan menjadi trauma tersendiri di hati Klau. Berkali kali juga mimpi itu terulang. Selain mimpi tentang negeri di atas awan. Mimpi yang menyeramkan, seorang anak kecil tujuh tahun, berambut kemerahan, dalam gendongan pembantunya, merentangkan tangan menuju kamar rawat papanya sambil berteriak “Papaaaaaa…”. setiap mengingatnya, hati Klau sakit sekali.
Klau masih terlalu muda saat itu. Begitu juga papa. Papa masih 32 Tahun. Saat klau lahir, usia david masih 25 tahun. Namun sayang, umurnya tidak panjang. Kecelakaan naas merenggut nyawa papa David. Gegar otak berat, dan pendarahan di otaknya. Papa David telah pergi. Klau ingat waktu papanya dimakamkan, menggunakan jas hitam rapi. Papa David masih ganteng seperti biasanya.
Meninggalkan Klau yang terus menagis histeris. Klau ngambek, tidak mau sekolah sampai hampir setahun. Trauma. Itu pasti. Klau marah, marah papa meninggalkannya sendiri. Marah karena tidak menepati janji membelikan sepatu princess merah jambu, marah karena takut ditinggal sendiri.
“Klau, kamu sudah bangun nak?” Klau tersadar akan lamunannya. Ternyata ia melamun cukup lama. Tersadar, ia bukan lagi Klaudya kecil berumur 7 tahun. Suara tante novita menyadarkannya.
Tante novita masuk ke kamarnya begitu saja. Menyadari klau sedang duduk di ranjang, menggenggam sebuah diary sampul coklat. Diary David. Tante Novita duduk di samping Klau, mengusap rambut dan pundaknya lembut. Nggak perlu bertanya, Tante Novita pasti tau apa yang Klau pikirkan.
“Klau, sebelum nanti mengambil cetakan undangan, sempatkanlah menengok makam Papamu sayang..” Kata Tante Novita.
“ya tante, mungkin papa kangen. Klau udah lama nggak kesana. Klau juga.. kangen papa..” Jawab Klau lirih.
“Klau”, tante novita memanggil pelan, “Sesungguhnya David nggak pernah ingkar janji, Nak..”
Klau menoleh. Bingung, “maksudnya tante?”
Tante Novita tersenyum hangat, “tentang sepatu princess merah jambu yang pernah dia janjikan, Klau. Waktu itu papamu baru pulang membelinya, sayang kecelakaan itu terjadi dan…” Tante Novita tidak melanjutkan perkataannya.
Hening sesaat.
“Tante tau, karena saat identifikasi mobil. Sepatu itu ditemukan, sayangnya kotaknya sudah hancur dan sepatunya juga hancur. Terbakar. Tapi tante tau, itu sepatu yang papamu janjikan untukmu, Klau…”
Disini Klaudya berdiri, di depan pusara Papa. Nisan besar bertuliskan “David Arthesian Hutapea” terpampang di depannya. Dibelainya nisan Papa, seolah olah itu adalah papa.
Papa, tidurlah yang nyenyak.. papa pasti bahagia disana. Klau sudah besar sekarang, pa.. sudah 27 tahun. Lihat klau begitu mirip dengan papa. Klau pintar main piano juga. klau lulusan luar negeri, pa.. bahkan Klau mau menikah pa.. Sayang papa nggak bisa melihat semuanya, nggak bisa melihat pernikahan Klau.. Hei, papa nggak cemburu kan? Walaupun Klau sudah menikah nanti, papa tetap di hati Klau. Laki-laki manapun nggak akan bisa menggantikan papa di hati Klau..
Papa tenang aja, Ed orangnya baik kok. Sayang sama Klau. Ed sangat baik, mirip papa. Klau percaya sama dia, Pa.. Papa, Klau minta doa restu dari Papa Di atas sana. Doakan Klau, Pa.. doakan untuk kebahagiaan Klau. Klau juga akan mendoakan kebahagiaan Papa disana.
Seandainya papa bisa menjadi pendamping di pernikahan Klau nanti. Klau selalu membayangkan itu, Pa.. Papa memakai jas putih, menggandeng Klau menuju altar. Tapi Klau tau itu nggak mungkin terjadi. Tapi klau juga nggak pernah menyalahkan papa kok. Klau tau, Papa pergi karena Tuhan sayang sama papa. Sesuai dengan nama Papa, David yang berarti yang terkasih.
Sekarang ini pasti papa sedang berada di negeri di atas awan. Membangun istana kedamaian. Rajanya pasti bernama David, papa adalah rajanya..
Klaudya meneteskan air mata. Sungguh Klaudya rindu papa. Rindu pelukan papa. Rindu dongeng papa. Dongeng negeri di atas awan. Rindu denting piano papa. Klaudya mengusap air mata yang membasahi pipinya. Mungkin Papa nggak akan senang melihat Klau menangis. Klaudya akan kuat demi papa.
Kemudian Klaudya kembali membelai nisan Papa. Membelai dengan sayang, seolah olah itu adalah papa. Kemudian berkata dengan suara serak, “Klau pulang dulu, Pa.. Klau janji akan kesini lagi. Nanti kalau Klau sudah tinggal di amsterdam, Klau minta maaf kalau nggak bisa sering kesini… tapi klau akan selalu mendoakan papa. Papa selalu istimewa di hati Klau..”
Klau menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis yang tiba-tiba ingin membuncah. “Klau sayang Papa David. Selamanya… “
Kemudian Klaudya berdiri, berbalik, dan menjauhi pusara ayahnya.
Ini pasti mimpi. Klau melihat dirinya dengan balutan gaun putih yang indah. Gaun model kemben warna putih, dengan untaian kalung mutiara melingkari lehernya. Rambutnya yang kemerahan disanggul sederhana menyisakan sedikit anak rambut. Dijepit dengan tiara mungil dan tudung warna putih transparan. Bibirnya merah jambu dan tersenyum lebar. Berjalan menuju altar.
Di altar dilihatnya Edward berdiri gagah dengan jas warna putih. Klau tidak sabar menghampiri Edward disana. Dilihatnya Edward tersenyum hangat. Klau sangat mencintainya.
Tangan Klau yang dibalut sarung tangan transparan putih menggandeng sesosok lengan yang kokoh. Berjalan berdua menuju altar tempat Edward menunggunya mengucapkan janji sucinya. Siapa ini? Siapa yang mendampingi Klau menuju altar? Siapa yang menjadi pendamping pernikahannya? Klau menoleh melihat sosok di sampingnya. Silau, terlalu terang.. klau memilih terus berjalah mendekati altar tempat Edwardnya menunggu.
Sesampainya di depan altar, Klau melepaskan gandengannya. Sosok di sampingnya menoleh. Menghadap Klau. Papa. Ya, Papa David. Klau terkejut bukan main. Papa David menjadi pendamping pernikahan Klau?
Papa David terlihat begitu tampan. Begitu bersih. Begitu bercahaya. Begitu gagah. Dengan setelah jas putih dan kemeja putih di dalamnya. Senyumnya mengembang lembut. Sepasang mata sayunya dibingkai kacamata berbingkai hitam juga seolah tersenyum. Rambutnya yang kemerahan disisir rapi.
Tangannya terentang seolah ingin memeluk klau. Semuanya begitu indah, hanya saja, kenapa Papa David masih tampak begitu muda? Klau sudah sebesar ini kenapa Papa david masih sama ketika 20 tahun yang lalu? Papa david begitu muda, begitu tampan..
Papa david merentangkan tangannya, “Selamat, Klau. Lihatlah, kamu begitu cantik sekarang. Persis seperti Ratu di istana kedamaian..”
Klau memandang takjub semua ini. Ini aneh sekali. Klau memandangnya, mungkin mulutnya setengah terbuka menyaksikan semua ini.
“Papaaa….” Klau menghambur memeluk papanya. Ini pasti mimpi. Klau tau ini mimpi. Klau membayangkan kalau Klau memeluk papa, pasti dia akan terjatuh. Karena papa tidak nyata. Tapi biarlah. Klau kangen sekali dengan papa.
Ajaib. Klau bisa memeluk papa. Hangat. Klau bisa memeluk papa. Klau bisa melihat dirinya memeluk papa, berputar sampai ujung gaunnya melambai-lambai. Tapi tiba-tiba Klau melihat dirinya berubah menjadi gadis kecil. Gadis kecil berumur tujuh tahun. Dipeluk erat oleh papa David sambil berputar-putar. Ujung gaunnya melambai-lambai. Papa David, dan Klau yang berumur tujuh Tahun. “Papa sayang kamu, Klau…”
Klau terbangun mendadak setelahnya. Kepalanya pening. Ya Tuhan, mimpi itu begitu nyata Ya Tuhan.. Papa David menjadi pendamping pernikahannya? Sesuatu yang klau inginkan. Mungkin kah papa david memberikannya lewat mimpi? Biar klau bisa merasakan Papa menjadi pendamping Klau?
Klau menceritakan semuanya pada tante Novita. Tante novita selalu bijaksana. Klau sudah menganggap tantenya itu seperti ibunya. “Mungkin benar, Klau. Papamu tau kamu ingin dia jadi pendampingmu, tapi pasti nggak bisa kan? Jadi Tuhan mengabulkan permintaanmu, walau hanya lewat mimpi, Klau. Papamu pernah menjadi pendamping pernikahanmu. Bersyukurlah, Klau.. papamu sangat sayang padamu..”
Klau tertegun, ya, mungkin benar. Tuhan mengabulkan doanya. Klau ingin papa menjadi pendamping pernikahannya, Tuhan memberinya, lewat mimpi. Mungkin itulah yang ingin dikatakan papanya. “Papa sayang kamu, Klau..” lagi lagi lewat perantara mimpi.
Terimakasih, Pa.. Papa telah menjadi papa yang hebat untuk Klau. Walaupun kebersamaan kita singkat, tapi Klau bahagia mempunyai papa seperti Papa David. Terimakasih untuk lagu yang selalu papa nyanyikan untuk Klau. Terimakasih untuk dongeng negeri di atas awannya, Pa.. Akan Klau ceritakan kepada anak dan cucu Klau nanti. Tapi dengan versi yang berbeda, karena ini versi Klau. Klau akan merubah sedikit ceritanya. Kali ini bukan ratu yang memimpin istana kedamaian, tapi raja. Rajanya bernama David. Nama Papa.
“Ini cerita tentang negeri di awan. Sebuah istana dengan dinding batu berdiri kokoh di antara gumpalan awan putih yang lembut. Pepohonan hijau dan bunga warna warni mengelilingi istana tersebut. Di sekitarnya penuh dengan orang lalu lalang sembari tersenyum. Suasana begitu tenang dan ramah. Dengan kedamaian meliputi seluruh istana megah itu. Hanya ada kedamaian, tanpa ada perpecahan. Istana itu bernama istana kedamaian. Dengan seorang raja yang baik hati dan sangat mencintai rakyatnya. Suka menghibur rakyatnya dengan berbagai dongeng dan bermain piano. Raja itu bernama David.”
Dibayang Wajahmu ku temukan kasih dan hidup
Yang lama lelah aku cari di masa lalu
Kau datang padaku, kau tawarkan hati yang lugu
Selalu mencoba mengerti hasrat dalam diri
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang negeri di awan
Dimana kedamaian menjadi Istananya
Dan kini tengah kau bawa aku menuju kesana
Ternyata Hatimu penuh dengan bahasa kasih
Yang terungkapkan dengan pasti
Dalam suka dan sedih
Cerpen Karangan: Rintoarjani
Facebook: ai.yagami88[-at-]gmail.com
Enggar Putri Rintoarjani
Cerita ini terinspirasi oleh lagu dari Katon Bagaskara yang berjudul “negeri di awan”.
Baca juga cerpen remaja lainnya .
0 coment:
Post a Comment