Home » , » Indah Seindah Namanya

Indah Seindah Namanya


Aisyah Nur Fitri. Nama milik seorang gadis berparas cantik yang tinggal dengan kedua orangtuanya dan memiliki kehidupan yang serba ada. Aisyah
memiliki paras yang cantik dan kemampuannya dalam belajar yang lebih dari anak seumurannya, membuat ia banyak disegani oleh teman sekelasnya.
Dari segala kelebihan yang ia miliki. Ia mempunyai sifat yang sangat buruk! Ia sangat sombong, kikir dan selalu membantah perkataan kedua orangtuanya. Padahal, kedua orangtuanya bermaksud memberinya nama Aisyah, agar sifatnya baik seperti Istri Baginda Rasulullah SAW. Namun, harapan kedua orangtuanya sirna setelah melihat sikap Aisyah yang sangat bertolak belakang dengan Aisyah Istri Baginda Rasulullah SAW.

“Aisyah… ayo bangun, shalat Subuh dulu Nak…” ujar Dania, Ibu dari Aisyah.
“Ahhh… Ibu ganggu! Aku masih ngantuk Bu! Males!” seru Aisyah yang menarik selimutnya sehingga menutupi seluruh badannya.

“Nak… shalat dulu. Kamu harus belajar shalat lima waktu! Umurmu sudah dua belas tahun! Itu sudah menjadi kewajiban untukmu!” seru Dania. Setiap pagi, tak bosan-bosannya ia memperingati anaknya yang tak kunjung sadar.

“Ibu! Aku masih ngantuk Bu! Sudah Bu! Itu urusanku!” teriak Aisyah. Dania sangat teramat sedih. Ia tak tahu harus berbuat apalagi. Buah hatinya tak kunjung merubah sikap buruknya. Padahal, ia sudah sangat berusaha mendidik Aisyah sebaik mungkin bersama dengan Suaminya.

Dania pun keluar dari kamar anaknya. Ia sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi, kini, ia hanya bisa berdoa untuk anaknya.

Setiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Dania dan Suaminya berusaha keras untuk merubah sikap Aisyah. Selama itu pula, mereka terus mendoakan anaknya tercinta. Sampai suatu hari, hidayah sang Illahi datang kepada Aisyah.

“Aaaa! Ibu! Ayah! Bangun! Bu… Yah… jangan tinggalkan Aisyah Bu!!!” tangis Aisyah. Ia melihat dengan jelas menggunakan mata kepalanya sendiri, kedua orangtuanya tengah terbaring bersama. Mata mereka tertutup rapat. Wajah mereka terlihat hampa. Mereka terlihat tertidur sangaaat lelap. Aisyah tak menyangka, ia akan secepat itu ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Ia ditinggalkan, untuk selama-lamanya.

Pikiran Aisyah melayang seiring dengan tetesan air matanya yang terus mengalir. Ia teringat akan sikap durhakanya kepada kedua orangtuanya. Ia sangat sering membangkang bahkan tak pernah membalas budi kepada kedua orangtuanya atas kasih sayang mereka. Ia tak pernah sekali pun mendoakan mereka. Ia tak pernah sekalipun meminta maaf kepada mereka. Dan ia sama sekali tidak pernah menganggap keberadaan mereka.

Ingin rasanya ia mengungkapkan segala penyesalannya terhadap kedua orangtuanya. Ia ingin, berteriak sekencang-kencangnya memohon maaf kepada mereka. Ia ingin, menggerakkan kedua tanganya untuk membantu mereka. Ia ingin, bersujud, mencium kaki mereka. Namun, sia-sia sudah semua penyesalannya. Semuanya telah terlambat. Orangtuanya, telah pergi meninggalkan ia sendiri. Meninggalkannya dengan setumpuk rasa penyesalan yang menutupi hatinya.

“Ibu… Ayah… maafkan Aku…” lirih Aisyah masih dengan tangisannya.

“Aisyah… Nak… bangun…” seru seseorang. Suaranya lembut. Sangat lembut sampai-sampai dapat menenangkan hati Aisyah.

“Ibu?!” pekik Aisyah setelah sadar bahwa itu adalah suara Ibunya. Ia terbangun dari mimpinya. Ia melihat, kedua orangtuanya berada tepat di hadapannya. Menatapnya dengan penuh kasih sayang. Ternyata, yang dialaminya itu hanyalah mimpi.

“Ibu! Ayah!” ujar Aisyah seraya memeluk Ibu dan Ayahnya erat. Sangat erat. Seakan-akan, ia tak ingin ditinggalkan oleh mereka.

“Ibu… Ayah… maafkan Aku… maafkan anakmu yang sebenarnya tak pantas mendapatkan orangtua sekuat kalian! Maafkan Aku… Ibu, Ayah! Aku menyesal!” lirih Aisyah dengan air mata yang terus mengalir deras. Ia memeluk erat kedua orangtuanya. Ia meminta maaf, ia menyesali perbuatannya dan berjanji akan merubah sikapnya.

Di pagi yang cerah itu. Tepat saat tahun Islam berganti, seorang Aisyah, telah berhasil merubah sikapnya menjadi seperti Aisyah, istri baginda Rasulullah SAW. Ia telah mendapat hikmah yang sangat indah dari Illahi. Tak sedetik pun ia menyia-nyiakan waktu untuk bersyukur pada-Nya. Tak henti-hentinya ia memuji sang Illahi yang telah memberikan hidayah tanda kasih sayang padanya.


Cerpen Karangan: Fadillah Amalia
Blog: famalia0908.blogspot.com


 Baca juga cerpen remaja lainnya .

0 coment:

Post a Comment

Powered by Blogger.